Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengungkapkan kekhawatiran mendalam terhadap situasi di Laut China Selatan, Hong Kong, dan Xinjiang kepada Presiden China, Xi Jinping. Pernyataan tersebut disampaikan Ishiba dalam pertemuan tatap muka pertama mereka yang berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Peru. Kementerian Luar Negeri Jepang menyampaikan bahwa kedua pemimpin juga membahas rencana untuk mempererat hubungan melalui kunjungan bersama para menteri luar negeri serta dialog tingkat tinggi terkait pertukaran budaya dan ekonomi di masa depan.
Ketegangan antara Jepang dan China belakangan ini meningkat, terutama terkait pembangunan kekuatan militer China di kawasan Asia Timur. Jepang, di sisi lain, terus memperkuat aliansi keamanan dengan Amerika Serikat dan mitra regional lainnya. Dalam pertemuan tersebut, Ishiba menyoroti aktivitas militer China yang semakin agresif, terutama di Selat Taiwan, yang ia sebut sebagai elemen penting bagi perdamaian dan stabilitas regional serta masyarakat internasional.
China, dalam beberapa tahun terakhir, telah memperbesar tekanan militernya terhadap Taiwan untuk menegaskan klaim kedaulatannya, meskipun hal ini ditolak oleh pemerintahan Taiwan. Merespons kekhawatiran Jepang, Xi Jinping menyatakan harapannya agar Tokyo dapat bekerja sama dengan Beijing untuk menangani isu-isu sensitif seperti sejarah dan Taiwan secara konstruktif. Xi menegaskan perlunya mengelola perbedaan secara bijaksana dan mendorong kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua negara.
Selain isu geopolitik, Xi menekankan pentingnya hubungan ekonomi antara Jepang dan China. Ia menyatakan bahwa kedua negara memiliki kepentingan yang saling terkait dalam menjaga sistem perdagangan bebas global serta stabilitas rantai pasokan dan industri. Xi berharap kerja sama ekonomi dapat menjadi dasar untuk memperkuat hubungan bilateral, meskipun tantangan politik dan militer tetap menjadi faktor yang mempengaruhi dinamika hubungan kedua negara.
Kesepakatan untuk meningkatkan dialog dan kerja sama antara Jepang dan China menunjukkan upaya kedua negara untuk menjaga stabilitas kawasan, meskipun terdapat perbedaan mendasar dalam pandangan politik dan keamanan. Pertemuan ini mencerminkan pentingnya diplomasi dalam menghadapi tantangan regional yang kompleks, seperti konflik di Laut China Selatan dan Selat Taiwan, serta tekanan internasional terhadap isu hak asasi manusia di Xinjiang dan Hong Kong.