Kritik Bahlil: Kampus Harus Terhubung dengan Industri untuk Cegah Pengangguran Terdidik

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan keprihatinannya bahwa perguruan tinggi di Indonesia berpotensi berubah menjadi pabrik penghasil pengangguran intelektual apabila tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Hal ini ia sampaikan dalam Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-54 Program Sarjana Terapan Politeknik Energi dan Mineral Akamigas yang digelar di Blora, Jawa Tengah pada Kamis (17/7/2025). Bahlil menekankan urgensi sinkronisasi antara pendidikan tinggi dan kebutuhan industri agar para lulusan dapat langsung terserap di pasar kerja.

Ia menjelaskan bahwa kampus yang hanya berfokus pada jumlah lulusan tanpa adanya jaminan tersedianya pekerjaan akan memicu lahirnya pengangguran terdidik. Ketidakseimbangan ini, menurut Bahlil, menunjukkan adanya jurang antara output pendidikan tinggi dengan kondisi riil ekonomi Indonesia. Karena itu, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lapangan kerja baru, salah satunya melalui program hilirisasi di berbagai sektor yang potensial, terutama sumber daya alam nasional.

Bahlil menegaskan bahwa hilirisasi, yaitu proses mengolah bahan baku menjadi produk dengan nilai tambah, adalah langkah strategis untuk memperkuat industri nasional. Dengan strategi ini, diharapkan industri di dalam negeri berkembang, peluang kerja bertambah, dan nilai ekonomi dalam negeri meningkat. Ia juga mengingatkan bahwa hilirisasi tidak hanya terbatas pada sektor energi dan tambang, tetapi juga mencakup sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan perkebunan.

Dalam kerangka ini, Bahlil menyoroti betapa pentingnya menyiapkan lulusan perguruan tinggi agar memiliki keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Pendidikan tinggi perlu menyesuaikan diri sehingga para sarjana tidak hanya unggul secara akademik di atas kertas, tetapi juga siap terjun ke industri. Ia mencontohkan Politeknik Energi dan Mineral Akamigas sebagai model pendidikan terapan yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan siap kerja dan relevan dengan kebutuhan industri.

Pernyataan Bahlil ini memicu diskusi mengenai pentingnya kolaborasi erat antara dunia kampus, pelaku industri, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang berkelanjutan. Jika tantangan ini diabaikan, potensi perguruan tinggi berubah menjadi pabrik pencetak pengangguran dapat berdampak serius pada kualitas SDM Indonesia dan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pembenahan sistem pendidikan tinggi dan penguatan program hilirisasi perlu berjalan seiring demi masa depan lulusan dan pembangunan bangsa yang lebih baik.

Artikel Terkait

Rekomendasi