Sebanyak sembilan imigran etnis Rohingya melarikan diri dari penampungan sementara di lapangan bola kaki Desa Seunebok Rawang, Kecamatan Peureulak Timur, Kabupaten Aceh Timur. Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Aceh Timur, Syamsul Bahri, mengungkapkan bahwa pelarian ini terjadi dalam rentang waktu sepekan terakhir dan para imigran tersebut melarikan diri secara terpisah.
Dari sembilan imigran yang kabur, empat di antaranya diketahui tiba di Madat, Aceh Timur, pada 30 Oktober 2024, sementara sisanya terdampar di Bireuem Bayeun pada 30 November 2024. Dengan kaburnya sembilan orang ini, jumlah imigran yang tersisa di penampungan kini menjadi 155 orang, terdiri dari 150 dewasa dan lima bayi.
Syamsul Bahri menekankan bahwa kondisi penampungan yang terbuka membuat imigran mudah melarikan diri. Ia juga mengkhawatirkan kesehatan para imigran, terutama bayi, akibat cuaca hujan. Oleh karena itu, ia berharap UNHCR segera merelokasi mereka ke tempat yang lebih layak.
Sebelumnya, total 346 imigran etnis Rohingya mendarat di beberapa lokasi di Kabupaten Aceh Timur pada awal Februari serta akhir Oktober dan November 2024. Dari jumlah tersebut, kini hanya tersisa 155 orang setelah beberapa lainnya melarikan diri dan sepuluh orang dipindahkan ke Makassar dan Pidie.
Imigran etnis Rohingya melarikan diri dari penampungan sementara di Aceh Timur karena beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi kehidupan mereka yang sulit dan tidak aman. Berikut adalah beberapa penyebab utama yang mendorong mereka untuk melarikan diri:
1. Kondisi Penampungan yang Tidak Laya: Penampungan sementara di lapangan bola kaki Desa Seunebok Rawang dianggap tidak layak, terutama karena tempatnya terbuka, yang memudahkan imigran untuk melarikan diri. Selain itu, cuaca hujan dapat mengganggu kesehatan mereka, terutama bayi.
Secara keseluruhan, kombinasi dari kondisi kehidupan yang tidak manusiawi, kekerasan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik menjadi faktor pendorong utama bagi imigran etnis Rohingya untuk melarikan diri dari penampungan sementara.
Sumber: