Dalam sebuah pernyataan yang mengejutkan dunia internasional pada Kamis, 25 September 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan Israel menganeksasi wilayah Tepi Barat (West Bank) yang diduduki Israel sejak Perang Enam Hari 1967. Pernyataan ini secara langsung menentang rencana yang didukung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sayap kanan pemerintahannya yang mendesak langkah tersebut.
” Saya tidak akan membiarkan Israel menganeksasi West Bank. Tidak akan terjadi,” ujar Trump saat menghadapi wartawan di Gedung Putih menjelang kedatangan Netanyahu untuk pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. “Cukup sudah, saatnya berhenti sekarang,” tegas Trump.
Pernyataan Presiden Trump ini menimbulkan harapan sekaligus kegelisahan di kalangan masyarakat internasional dan pemimpin Arab yang selama ini sangat memperhatikan nasib wilayah tersebut. Aneksasi West Bank akan semakin mengancam peluang pembentukan negara Palestina yang berdaulat dan memperparah ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Trump tidak secara rinci menjelaskan langkah-langkah konkret yang akan ditempuh untuk mencegah aneksasi tersebut, sehingga para analis dan pengamat kebijakan luar negeri menanti aksi nyata dari administrasi AS untuk menindaklanjuti janji ini. Ada pula skeptisisme mengenai konsistensi Trump, mengingat sejarahnya yang kerap berubah-ubah dalam kebijakan luar negeri.
Dalam percakapan sebelumnya dengan Netanyahu, Trump mengaku telah menyampaikan pesannya secara jelas mengenai tidak dilanjutkannya proses aneksasi. Namun, Presiden AS enggan mengungkapkan lebih jauh apakah pembicaraan tersebut disertai dengan tekanan diplomatik atau opsi lain.
Langkah Trump ini dilakukan di tengah tekanan kuat dari sejumlah politikus sayap kanan di Israel yang melihat aneksasi sebagai cara memperkuat kedaulatan Israel atas wilayah yang dipersengketakan. Netanyhahu sendiri sedang menghadapi tekanan politik internal untuk melanjutkan rencana tersebut meskipun mendapat kecaman dari banyak pihak di dunia internasional.
Sekitar 700.000 pemukim Israel kini tinggal di West Bank dan Yerusalem Timur, wilayah yang dianeksasi secara de facto namun tidak diakui mayoritas komunitas internasional. Aneksasi resmi wilayah ini dipandang oleh negara-negara Arab dan banyak aktor internasional sebagai langkah yang dapat menggagalkan solusi dua negara dan menimbulkan konsekuensi politis serius.
Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Netanyahu diperkirakan akan menyampaikan posisi Israel terkait konflik Gaza dan rencana aneksasi ini. Sementara itu, sejumlah negara Barat, termasuk Inggris dan Jerman, telah memperingatkan Israel agar tidak melanjutkan langkah aneksasi yang dianggap ilegal secara internasional.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres dalam pernyataan resmi menyebut aneksasi tersebut “secara hukum, politik, dan moral tidak dapat diterima,” serta mengingatkan bahwa tindakan semacam itu dapat memperkeruh situasi di Timur Tengah.
Para pemimpin Arab yang bertemu dengan Trump secara tertutup selama pertemuan di UN minggu ini menyambut baik sikap keras Presiden AS tersebut. Mereka menilai bahwa keberanian Trump menolak aneksasi adalah langkah penting untuk meredakan ketegangan yang semakin meningkat.
Namun, beberapa analis mencatat bahwa janji Trump sulit dipercaya sepenuhnya tanpa adanya kebijakan pendukung yang konkret. Seperti diungkapkan oleh Rani Rabbani dari Qatar Center for Conflict and Humanitarian Studies, “Nilai dari kata-kata Trump harus dinilai dengan hati-hati. Pertanyaan besarnya adalah apakah Trump benar-benar akan menghentikan aneksasi, dan jika aneksasi tetap terjadi, apa yang akan dia lakukan?”
Langkah Trump tersebut juga bertepatan dengan upaya diplomatik intensif di PBB dan negara terkait lainnya untuk mengakhiri konflik berulang di Gaza serta membuka jalan bagi dialog damai yang komprehensif.
Presiden Trump juga mengisyaratkan bahwa rencana perdamaian baru tengah disusun, sebagaimana disampaikan oleh perwakilan khususnya, Steve Witkoff, yang menyebut pertemuan dengan Netanyahu sangat produktif dan “terdapat kemajuan yang signifikan.”
Meski begitu, masih banyak tantangan di depan mengingat ketegangan yang mendalam antara kelompok nasionalis Israel dan aspirasi kedaulatan Palestina. Isu aneksasi tetap menjadi titik sensitif yang menentukan masa depan perdamaian di Timur Tengah.
Publik internasional pun menunggu dengan penuh perhatian langkah selanjutnya dari Amerika Serikat dan Israel, dengan harapan bahwa janji Trump akan diikuti oleh tindakan nyata guna menghindari eskalasi konflik yang lebih luas.
Sumber
https://www.bbc.com/news/articles/c3e7d32epk3o
https://www.dw.com/en/middle-east-trump-says-israel-will-not-annex-west-bank/live-74141540