Politik dalam negeri Korea Selatan terus menjadi pusat perhatian internasional, terutama setelah Presiden Yoon Suk Yeol memberlakukan darurat militer pekan lalu. Kebijakan tersebut memicu kontroversi dan ditolak oleh parlemen, Majelis Nasional, hanya enam jam setelah diterapkan. Langkah ini semakin memperkeruh hubungan eksekutif dan legislatif, di mana parlemen kini berupaya menggulingkan Yoon melalui pemakzulan.
Pada Sabtu lalu, pemungutan suara untuk menggulingkan Yoon digelar, namun gagal karena tidak mencapai kuorum. Fraksi dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP), partai pendukung Yoon, memilih walk out dari ruang sidang. Hari ini, Sabtu (14/12/2024), Majelis Nasional dijadwalkan kembali melakukan pemungutan suara dengan kebutuhan tambahan delapan suara dari anggota PPP agar pemakzulan dapat disahkan. Situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas politik Korea Selatan dan menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi presidennya.
Sejarah politik Korea Selatan mencatat banyak presiden yang menghadapi berbagai akhir tragis, mulai dari pemakzulan, pemenjaraan, kudeta, hingga bunuh diri. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Park Geun Hye
Menjabat sejak 2013, Park Geun Hye menjadi presiden perempuan pertama Korea Selatan. Ia dimakzulkan pada Desember 2016 atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Tuduhan tersebut termasuk menerima suap dari konglomerat besar seperti Samsung. Pada 2021, Park dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, namun mendapatkan amnesti pada akhir tahun tersebut oleh Presiden Moon Jae In.
2. Lee Myung Bak
Presiden dari 2008 hingga 2013, Lee Myung Bak dihukum 15 tahun penjara pada 2018 karena korupsi. Ia terbukti menerima suap dari Samsung sebagai imbalan bantuan hukum untuk pemimpinnya, Lee Kun Hee. Pada 2022, ia mendapatkan pengampunan dari Presiden Yoon Suk Yeol.
3. Roh Moo Hyun
Memimpin dari 2003 hingga 2008, Roh Moo Hyun dikenal sebagai pendukung hubungan damai dengan Korea Utara. Namun, setelah masa jabatannya, ia menjadi target penyelidikan korupsi yang melibatkan keluarganya. Merasa tertekan, Roh mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing pada Mei 2009.
4. Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo
Chun Doo Hwan, yang dikenal sebagai “Penjagal Gwangju” karena kekejaman militernya, dan Roh Tae Woo, penggantinya, sama-sama menghadapi hukuman berat atas kudeta dan korupsi. Chun awalnya dijatuhi hukuman mati, namun diringankan menjadi penjara seumur hidup. Keduanya mendapat amnesti pada 1998 setelah dua tahun dipenjara.
5. Park Chung Hee
Ayah dari Park Geun Hye, Park Chung Hee, memimpin dengan tangan besi hingga dibunuh oleh kepala intelijennya sendiri pada Oktober 1979. Kudeta yang dipimpin Chun Doo Hwan kemudian terjadi menyusul kekacauan politik yang ditinggalkan Park.
6. Yun Po Sun dan Syngman Rhee
Yun Po Sun digulingkan pada 1961 melalui kudeta militer yang dipimpin Park Chung Hee. Sementara itu, Syngman Rhee, presiden pertama Korea Selatan, dipaksa mundur pada 1960 setelah pemberontakan mahasiswa menolak pemilu curang yang memperpanjang masa jabatannya. Rhee kemudian mengasingkan diri ke Hawaii hingga wafat pada 1965.
Situasi politik Korea Selatan saat ini mencerminkan pola ketidakstabilan yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Upaya pemakzulan Yoon Suk Yeol adalah babak terbaru dalam sejarah panjang tantangan kepemimpinan di Negeri Ginseng. Majelis Nasional kini menghadapi tugas berat untuk memastikan stabilitas politik di tengah tekanan domestik dan internasional.