Bahaya, LGBT Mengitari Gen Z

Author PhotoDesi Sommaliagustina
20 Jan 2025
Stop-LGBT.jpg (1)

Generasi Z (Gen Z), yang terdiri dari individu kelahiran tahun 1997 hingga 2012, menghadapi berbagai tantangan sosial yang kompleks, salah satunya adalah fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Gen Z tumbuh dalam era digital yang sangat terbuka, di mana informasi mengenai berbagai identitas seksual dan gender, termasuk LGBT, mudah diakses.

Keterbukaan ini dianggap sebagai bentuk kemajuan hak asasi manusia. Namun,fenomena LGBT sering kali menimbulkan perdebatan terkait moralitas, agama, dan norma sosial yang berlaku di Indonesia. Dengan mayoritas masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan agama, kehadiran gerakan LGBT dapat dianggap sebagai ancaman terhadap harmoni sosial.

Dalam konteks Indonesia, norma moral dan agama menjadi pilar utama kehidupan masyarakat. Fenomena LGBT sering kali dianggap bertentangan dengan ajaran agama mayoritas dan nilai-nilai budaya yang menjunjung tinggi konsep keluarga tradisional. Eksposur terhadap konsep LGBT tanpa filter dapat membuat Gen Z kehilangan arah dalam memahami nilai-nilai fundamental ini.

Salah satu bahaya utama dari penerimaan LGBT adalah potensi pergeseran makna keluarga. Dalam norma tradisional, keluarga terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menikah untuk melahirkan keturunan. Penerimaan LGBT dapat merusak pandangan ini dan berkontribusi pada meningkatnya disfungsi keluarga, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesejahteraan anak dan generasi mendatang.

Dalam penelitian yang berjudul “LGBT: Hak-hak Warga Negara dan
Status Perkawinan”, penelitian ini menjelaskan bahwasanya LGBT ini menunjukkan bahwa individu LGBT lebih rentan terhadap gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, karena stigma sosial dan konflik internal. Jika Gen Z terpapar tanpa edukasi yang tepat, mereka mungkin mengalami kebingungan identitas yang berujung pada krisis mental(Sommaliagustina,2016).

Peranan dan Langkah Hukum
Hukum di Indonesia belum secara eksplisit mengatur atau mengakomodasi keberadaan LGBT. Gerakan untuk melegalkan pernikahan sesama jenis atau hak-hak LGBT lainnya dapat memicu polemik di masyarakat. Gen Z sebagai generasi penerus berisiko menjadi korban perpecahan sosial akibat pertentangan hukum ini.

Indonesia sebagai negara hukum harus mengambil langkah tegas dalam menangani isu LGBT, baik melalui regulasi maupun pendidikan. Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan untuk mencegah hingga memberantasnya. Pertama,pemerintah dapat memperkuat regulasi yang mendukung nilai-nilai keluarga tradisional, seperti larangan promosi perilaku LGBT di ruang publik dan media sosial. Kedua,pendidikan formal dan nonformal harus dirancang untuk memperkuat nilai-nilai moral dan agama, sekaligus memberikan pemahaman yang seimbang terkait bahaya LGBT. Ketiga, penegakan hukum harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi keadilan sosial, moralitas, dan harmoni masyarakat. Regulasi yang melarang perilaku yang dianggap bertentangan dengan norma sosial perlu dirumuskan secara jelas.

Fenomena LGBT membawa dampak signifikan bagi Gen Z, terutama dalam hal nilai moral, stabilitas keluarga, dan identitas diri. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk melindungi generasi muda dari pengaruh negatif LGBT, melalui penguatan hukum, pendidikan karakter, dan sosialisasi nilai-nilai kebangsaan. Dengan pendekatan yang tepat, Gen Z dapat menjadi generasi yang tidak hanya progresif tetapi juga tetap menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dalam dirinya.

Artikel Terkait

Rekomendasi