Perayaan pernikahan Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina, dengan Maula Akbar, putra sulung Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, berubah menjadi tragedi pada Jumat, 18 Juli 2025. Ribuan warga memadati area Pendopo dan Alun-Alun Garut untuk menikmati suguhan makan gratis dan hiburan yang disediakan. Namun, membludaknya massa membuat situasi tak terkendali saat pintu dibuka, sehingga banyak orang terjepit dan terinjak. Insiden tersebut menelan korban tiga orang meninggal dunia serta puluhan lainnya luka-luka. Aparat kepolisian dan Satpol PP sempat kewalahan mengatur kerumunan besar ini.
Korban jiwa dalam peristiwa ini meliputi dua warga sipil, yakni Vania Aprilia (8 tahun) dan Dewi Jubaeda (61 tahun), serta seorang anggota Polres Garut, Bripka Cecep Saeful Bahri, yang gugur ketika membantu evakuasi. Kejadian ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban maupun masyarakat sekitar. Total ada 26 orang yang terdampak, dengan sebagian masih dirawat intensif di rumah sakit terdekat. Pemerintah daerah bersama pihak keluarga pengantin pun menyampaikan permohonan maaf atas tragedi di tengah momen kebahagiaan tersebut.
Kerumunan memuncak usai Salat Jumat saat semakin banyak warga datang untuk mendapatkan makanan gratis. Kurangnya pengaturan jalur masuk dan penjagaan membuat warga saling dorong hingga beberapa terjatuh dan terinjak. Meski polisi dan tim medis langsung berupaya melakukan penyelamatan, keterbatasan tenaga dan fasilitas membuat proses penanganan berjalan sulit. Rekaman video serta kesaksian warga menggambarkan bagaimana kepanikan massa memicu insiden fatal ini. Kejadian tersebut menjadi pelajaran berharga agar pengamanan acara publik lebih diperhatikan demi mencegah bencana serupa.
Keluarga mempelai dan pihak penyelenggara segera memberikan pernyataan resmi, menyatakan penyesalan dan tanggung jawab atas kejadian itu. Maula Akbar bersama Luthfianisa menyampaikan permintaan maaf dan belasungkawa mendalam, serta berkomitmen membantu para korban dan bekerjasama dengan pihak berwenang untuk mengusut peristiwa ini. Pemerintah daerah juga berjanji akan mengevaluasi standar pengamanan acara publik berskala besar agar kejadian seperti ini tak terulang. Dukungan serta simpati dari warga dan pejabat setempat terus mengalir untuk para korban dan keluarganya.
Musibah ini menjadi pengingat penting tentang betapa krusialnya manajemen kerumunan dan pengamanan saat acara terbuka. Perlu ada perencanaan matang, jalur antrean yang jelas, serta kesiapan personel pengamanan agar keramaian tidak berubah menjadi bencana. Pemerintah daerah berkomitmen memperbaiki koordinasi lintas instansi dan meninjau ulang prosedur penyelenggaraan acara. Penanganan para korban dan dukungan bagi keluarga yang kehilangan menjadi prioritas sampai kasus ini selesai. Masyarakat pun diajak tetap tenang dan mendukung langkah-langkah penegakan keamanan demi keselamatan bersama.
Zean Via Aulia Hakim














