Budi Gunawan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang baru-baru ini diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo, memiliki latar belakang pendidikan dan karir yang sangat mengesankan. Lahir di Surakarta pada 11 Desember 1959, Budi memulai perjalanan pendidikannya dengan mengikuti pendidikan dasar dan menengah sebelum melanjutkan ke Akademi Kepolisian (AKPOL) pada tahun 1977. Ia berhasil lulus dengan predikat terbaik pada tahun 1983, menandai awal karirnya di dunia kepolisian.
Setelah menamatkan AKPOL, Budi Gunawan tidak berhenti mengembangkan diri. Pada tahun 1986, ia melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan dua tahun kemudian, ia kembali bersekolah di Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (SESPIMPOL), di mana ia juga berhasil meraih gelar sebagai lulusan terbaik. Prestasi akademiknya terus berlanjut saat ia mengikuti pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) pada tahun 2005, sekali lagi meraih gelar terbaik, yang memperkuat kompetensinya dalam bidang hukum dan keamanan nasional.
Selain pendidikan formal, Budi Gunawan memperoleh gelar master dari Universitas Satya Gama dan berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Trisakti pada tahun 2018, dengan predikat Summa Cum Laude. Gelar doktor ini bukan hanya simbol pencapaian akademik, tetapi juga menandakan dedikasi dan komitmennya terhadap ilmu pengetahuan.
Karir Budi Gunawan di Polri sangat panjang dan beragam, dengan berbagai posisi strategis yang telah ia jabat. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier (Karobinkar) di SSDM, Kapolda Jambi, Kapolda Bali, dan Wakil Kapolri, menunjukkan bahwa ia telah banyak berkontribusi dalam berbagai aspek kepolisian dan intelijen. Pengalamannya yang mendalam di bidang intelijen dibuktikan ketika ia diangkat sebagai Wakil Kepala BIN sebelum akhirnya diangkat menjadi Kepala BIN oleh Presiden Jokowi pada tahun 2016.
Di bawah kepemimpinannya, Budi Gunawan berupaya meningkatkan kualitas BIN dengan melakukan investasi signifikan dalam pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya. Ia juga berperan penting dalam mengembangkan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) menjadi lembaga yang diakui secara internasional, dengan fasilitas modern dan pengajaran oleh tenaga profesional. Ini menunjukkan visinya untuk membawa BIN ke tingkat yang lebih tinggi dalam hal kemampuan intelijen.
Namun, keputusan Presiden Jokowi untuk memberhentikan Budi Gunawan dari jabatannya menciptakan berbagai spekulasi mengenai alasan di balik langkah tersebut. Pemberhentian ini direspons oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang menyatakan bahwa pimpinan DPR telah menerima surat resmi mengenai perubahan ini dan berencana untuk membentuk tim khusus guna menangani proses penggantian Budi Gunawan. Hal ini tidak hanya berdampak pada individu yang bersangkutan, tetapi juga berpotensi memengaruhi struktur pemerintahan secara keseluruhan.
Meskipun memiliki latar belakang pendidikan yang mengesankan dan pengalaman profesional yang luas, keputusan pemberhentian ini mencerminkan dinamika politik yang kompleks yang terjadi di Indonesia. Saat DPR mempersiapkan uji kelayakan untuk calon pengganti, kemungkinan besar akan muncul kandidat-kandidat dari kalangan pejabat tinggi yang memiliki reputasi baik.
Budi Gunawan tetap menjadi sosok penting dalam sejarah intelijen Indonesia, dan langkah-langkah selanjutnya akan menentukan bagaimana warisannya akan dikenang di masa depan. Meskipun ia tidak lagi memimpin BIN, kontribusinya terhadap pengembangan intelijen di Indonesia akan terus menjadi acuan bagi generasi mendatang.