Harga cabai di Indonesia kembali mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir, menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat terutama para ibu rumah tangga dan pedagang kecil. Kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit yang mencapai dua kali lipat dari harga normal membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan dapur mereka. Di sejumlah pasar tradisional, harga cabai merah bahkan sempat menyentuh angka Rp180.000 per kilogram, jauh di atas harga rata-rata nasional yang sudah cukup tinggi, yakni sekitar Rp52.450 per kilogram pada awal tahun 2025. Kondisi ini memicu keresahan yang meluas dan memaksa pemerintah untuk segera mengambil langkah strategis guna menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan cabai yang cukup di pasaran.
Menanggapi situasi ini, Menteri Pertahanan sekaligus tokoh politik nasional, Prabowo Subianto, mengeluarkan instruksi yang cukup unik dan inovatif. Dalam kunjungannya ke sejumlah daerah terdampak kenaikan harga cabai, Prabowo mengimbau agar setiap keluarga di Indonesia menanam minimal lima pohon cabai di pekarangan rumah mereka masing-masing. Menurut Prabowo, langkah ini tidak hanya akan membantu menekan harga cabai di pasar, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan keluarga secara mandiri. Dengan memiliki sumber cabai sendiri, keluarga tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pasokan dari pasar yang rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan distribusi.
Prabowo menjelaskan bahwa upaya menanam cabai secara mandiri ini merupakan bagian dari gerakan nasional untuk mengatasi masalah ketahanan pangan yang selama ini menjadi perhatian serius pemerintah. Ia menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. “Jika setiap keluarga mampu menanam lima pohon cabai, maka kebutuhan cabai nasional akan berkurang secara signifikan, dan harga cabai pun akan stabil,” ujarnya dalam sebuah pernyataan resmi. Ia juga menambahkan bahwa gerakan ini akan didukung dengan pelatihan dan penyediaan bibit cabai berkualitas dari pemerintah agar masyarakat bisa menanam dengan hasil yang optimal.
Kenaikan harga cabai sendiri disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain cuaca yang tidak menentu, gangguan pasokan akibat bencana alam, serta tingginya biaya produksi dan distribusi. Selain itu, permintaan cabai yang terus meningkat di pasar domestik juga menambah tekanan pada ketersediaan komoditas ini. Hal ini membuat harga cabai menjadi sangat volatil dan sulit diprediksi, sehingga menimbulkan beban tambahan bagi masyarakat terutama di kalangan menengah ke bawah yang mengandalkan cabai sebagai bumbu utama dalam masakan sehari-hari.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, seperti meningkatkan produksi cabai melalui program intensifikasi pertanian, memberikan subsidi pupuk dan benih, serta memperbaiki sistem distribusi agar cabai bisa sampai ke pasar dengan harga yang lebih terjangkau. Namun, menurut Prabowo, langkah-langkah tersebut belum cukup jika masyarakat sendiri belum berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan keluarga. Oleh karena itu, instruksi menanam cabai di rumah diharapkan menjadi solusi jangka panjang yang efektif dan berkelanjutan.
Selain cabai, Prabowo juga mendorong masyarakat untuk menanam sayuran lain seperti tomat, timun, dan juga membudidayakan ikan lele di pekarangan rumah. Hal ini bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan yang lebih menyeluruh serta meningkatkan kesejahteraan keluarga. Ia menilai bahwa diversifikasi pangan dan budidaya mandiri akan membantu masyarakat menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan perubahan iklim yang semakin tidak menentu. Pemerintah pun berencana menggelar pelatihan dan penyuluhan secara masif di seluruh daerah untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan teknis budidaya yang tepat.
Gerakan menanam cabai yang digagas Prabowo ini juga mendapat dukungan dari berbagai kalangan, mulai dari petani, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), hingga komunitas pecinta lingkungan. Mereka menilai bahwa gerakan ini tidak hanya memberikan solusi praktis terhadap masalah harga cabai, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih mandiri dan sadar akan pentingnya ketahanan pangan lokal. Beberapa komunitas bahkan sudah mulai menginisiasi program penanaman cabai di lingkungan mereka sebagai bentuk dukungan terhadap instruksi pemerintah.
Namun, tantangan terbesar dalam pelaksanaan instruksi ini adalah kesadaran dan kemauan masyarakat untuk meluangkan waktu dan tenaga menanam cabai di tengah kesibukan sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah berupaya memberikan insentif dan kemudahan akses bibit serta sarana pertanian sederhana agar kegiatan menanam cabai bisa dilakukan dengan mudah dan menyenangkan. Selain itu, edukasi mengenai manfaat menanam cabai dan dampaknya terhadap stabilitas harga juga terus digalakkan melalui media massa dan program komunitas.
Ke depan, jika gerakan ini berhasil dijalankan secara masif dan berkelanjutan, diharapkan harga cabai akan menjadi lebih stabil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, ketahanan pangan nasional akan semakin kuat karena masyarakat tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga produsen mandiri yang mampu memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri. Langkah ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan di era modern yang penuh ketidakpastian.
Zean Via Aulia Hakim












