Nadia Nurhalija, S.H
Seorang bocah berusia 12 tahun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, harus menghadapi kenyataan pahit setelah digugat secara perdata oleh kakek kandungnya sendiri di Pengadilan Negeri Indramayu. Gugatan ini terkait sengketa kepemilikan rumah dan tanah warisan peninggalan almarhum ayahnya di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu.
Gugatan yang diajukan kakek dan nenek Z terdaftar dengan nomor perkara 34/Pdt.G/2025/PN Idm.Dalam surat gugatan, Z tercatat sebagai tergugat ketiga dan diancam denda hingga Rp1 miliar jika kalah di pengadilan. Ibunya, Rastiah, mewakili Z dalam proses hukum karena masih di bawah umur.
Setelah menerima surat gugatan, Z yang sebelumnya dikenal ceria kini menjadi pemurung dan malu bergaul dengan teman-temannya.Kakaknya, Heryatno, mengungkapkan bahwa Z sangat terpukul membaca sendiri surat gugatan tersebut dan merasa tidak menyangka kakek dan neneknya tega melakukan hal itu kepada mereka.
Warga sekitar menunjukkan simpati dengan memasang spanduk dukungan di depan rumah keluarga Z dan membentuk posko peduli. Kasus ini menuai keprihatinan luas di masyarakat dan media sosial, banyak yang menilai gugatan tersebut tidak manusiawi dan menambah beban psikologis pada anak yang baru saja kehilangan ayahnya. Banyak pihak berharap ada solusi kekeluargaan agar hak anak yatim tetap terlindungi dan tidak menjadi korban konflik warisan keluarga.
Kuasa hukum keluarga Z telah mengajukan permohonan perwalian untuk memastikan hak-hak anak di bawah umur tetap terjaga selama proses persidangan berlangsung.Juru Bicara Pengadilan Negeri Indramayu membenarkan bahwa perkara ini sedang berjalan dan menjadi perhatian publik karena menyangkut anak di bawah umur dan sengketa keluarga.
Sumber :
