Tidak hanya Indonesia, tetapi juga Vietnam dan Thailand, turut menunjukkan minat untuk bergabung dengan BRICS. Keempat negara Asia Tenggara ini sebelumnya diakui sebagai negara mitra baru BRICS, namun bukan sebagai anggota penuh. Analis menilai bahwa keinginan ini terkait dengan upaya untuk memperluas diversifikasi perdagangan dan memperkuat hubungan internasional mereka. Berikut adalah empat alasan mengapa Rusia mendorong Indonesia untuk bergabung dengan BRICS, salah satunya adalah untuk mendukung perjuangan Palestina.
1. Telah Menjadi Mitra Kelompok Penyeimbang Barat
Keempat negara Asia Tenggara—Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Thailand—saat ini telah diakui sebagai negara mitra BRICS. BRICS sendiri merupakan aliansi yang terdiri dari negara-negara berkembang yang bertujuan untuk menyeimbangkan kekuatan Barat. Menurut unggahan di media sosial pada 24 Oktober, ada 13 negara baru yang bergabung sebagai mitra, termasuk Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Nigeria, Turki, Uganda, dan Uzbekistan. Sejak didirikan pada 2006, BRICS awalnya hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok, sebelum diikuti oleh Afrika Selatan pada 2010. Dengan total ekonomi yang mewakili lebih dari US$28,5 triliun atau sekitar 28 persen dari ekonomi global, BRICS memiliki pengaruh yang signifikan. KTT tahunan BRICS baru-baru ini diadakan di Kazan, Rusia, dan banyak negara mitra berharap bisa meningkatkan peluang perdagangan berkat keanggotaan ini.
2. Memainkan Peranan Menciptakan Tatanan Dunia yang Adil
Menteri Luar Negeri Indonesia yang baru diangkat, Sugiono, diharapkan dapat mengajak negara-negara berkembang lainnya untuk bersatu dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan inklusif. Dalam konteks ini, Indonesia akan menyampaikan pesan penting tentang perdamaian dan solidaritas antar negara berkembang di KTT tersebut. Melalui partisipasi di BRICS Plus, Indonesia berpotensi untuk memainkan peranan penting dalam meningkatkan kerjasama internasional dan mendorong agenda negara-negara berkembang.
3. Mendiversifikasi Hubungan Luar Negeri
Keempat negara ASEAN, termasuk Indonesia, tampaknya ingin memperluas hubungan luar negeri mereka dengan diversifikasi peluang perdagangan, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik global, seperti konflik di Ukraina dan Timur Tengah. Para analis, seperti Halmie Azrie, mengemukakan bahwa mereka berusaha untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan Tiongkok, yang merupakan kekuatan utama di BRICS, guna mendapatkan keuntungan dalam perdagangan dan investasi. Oleh karena itu, bergabung dengan BRICS dianggap sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi ekonomi mereka di kancah internasional.
4. Mendukung Perjuangan Palestina
Bagi negara-negara dengan mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Indonesia, dukungan terhadap perjuangan Palestina merupakan langkah penting dalam menyuarakan solidaritas dengan rakyat Palestina. Hal ini diartikan sebagai respons terhadap dukungan Barat yang kuat terhadap Israel. Analis menilai bahwa keikutsertaan dalam BRICS bisa menjadi cara untuk memperkuat dukungan ini di forum internasional dan menegaskan komitmen terhadap isu-isu yang dianggap penting bagi negara-negara Muslim.
Keterlibatan negara-negara ASEAN dalam BRICS diharapkan tidak akan membebani organisasi tersebut, meskipun ada kekhawatiran bahwa hal ini dapat menambah kompleksitas dalam hubungan antar negara. Dengan Malaysia sebagai ketua ASEAN di tahun 2025, diharapkan akan ada lebih banyak pertemuan multilateral yang melibatkan BRICS dan ASEAN, memperkuat kerjasama dan dialog antara kedua entitas tersebut.