Bentrokan antara pasukan keamanan Suriah dan pendukung setia Basar al-Asad telah terjadi sejak Jumat, 7 Maret 2025, dan berlangsung selama dua hari. Menurut laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebanyak 1.018 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan maut ini, termasuk 745 warga sipil. Selain itu, tercatat 125 anggota pasukan keamanan Suriah dan 148 pejuang yang setia kepada Asad juga turut tewas.
Kepala Observatorium, Rami Abdul Rahman, menyatakan bahwa kekerasan yang terjadi di Jableh, Banias, dan daerah sekitarnya merupakan yang terburuk dalam konflik sipil yang telah berlangsung selama 13 tahun. Para korban termasuk wanita dan anak-anak dari minoritas Alawite.
Pemerintah Suriah baru-baru ini mulai menindak apa yang mereka sebut sebagai pemberontakan baru setelah serangan mematikan oleh militan yang terkait dengan pemerintahan Asad. Dalam bentrokan hebat tersebut, beberapa lusin anggota pasukan keamanan dilaporkan tewas. Jumlah korban tewas dari pertempuran ini diperkirakan bisa lebih tinggi, dan para pejabat telah mengakui adanya pelanggaran selama operasi tersebut.
Seorang sumber dari Kementerian Pertahanan Suriah mengungkapkan bahwa semua jalan menuju pantai telah diblokir untuk menghentikan pelanggaran dan memulihkan ketenangan. Pasukan keamanan dikerahkan di jalan-jalan kota pesisir, dan komite darurat dibentuk untuk memantau pelanggaran yang terjadi.
Laporan kekerasan mencakup pembunuhan bergaya eksekusi terhadap puluhan pria Alawite di satu desa. Pertempuran dimulai pada Kamis, 6 Maret, setelah pasukan yang setia kepada rezim Asad menyerang pasukan keamanan di Jableh, provinsi Latakia. Serangan terkoordinasi ini merupakan tantangan terbesar bagi otoritas Islamis negara tersebut, terjadi tiga bulan setelah kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham menggulingkan Presiden Suriah Basar al-Asad.
Pemerintah Suriah meminta bala bantuan dengan mengerahkan pasukan dari seluruh negeri. Meskipun secara nominal berada di bawah naungan pemerintah, milisi yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu tetap bertahan.
Bentrokan ini kembali menandai peningkatan besar dalam tantangan terhadap pemerintah baru di Damaskus, dengan laporan bahwa sekitar 745 warga sipil tewas dalam 30 pembantaian yang menargetkan warga Alawite di wilayah pesisir. Listrik dan air minum pun terputus di sebagian besar wilayah sekitar Kota Pesisir Barat Latakia.
Kekerasan ini merupakan pembalasan terhadap minoritas Alawite atas tindakan yang dilakukan oleh rezim Asad. Warga desa melaporkan bahwa orang-orang bersenjata menembaki warga Alawite di jalan-jalan, dan banyak rumah mereka dijarah dan dibakar.
Situasi di lapangan sangat memprihatinkan, dengan mayat-mayat berserakan di jalan dan tidak ada yang bisa mengambilnya. Seorang penduduk melaporkan bahwa orang-orang bersenjata menghalangi penduduk untuk memindahkan jasad tetangga mereka yang terbunuh.