Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengevaluasi kembali bantuan luar negeri, termasuk program USAID di Indonesia dan Asia. Kebijakan ini menghentikan sementara aliran dana bantuan selama 90 hari untuk memastikan kesesuaiannya dengan prioritas nasional AS. USAID, yang sebelumnya mendanai berbagai program seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan di Indonesia, kini menghadapi pembatalan proyek serta pemutusan kontrak kerja. Dampaknya dirasakan pada sektor-sektor penting seperti penanganan HIV/AIDS, TBC, dan perubahan iklim, meskipun pemerintah Indonesia telah mulai mencari alternatif pendanaan dari sumber lain.
Pada masa pemerintahan Donald Trump, terdapat kebijakan yang cukup kontroversial terkait bantuan luar negeri, termasuk program-program yang dikelola oleh USAID (United States Agency for International Development). Meskipun Trump sering kali mengusulkan pemotongan anggaran untuk bantuan luar negeri, USAID tetap melanjutkan beberapa program di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Namun, di bawah Trump, kebijakan luar negeri Amerika Serikat lebih fokus pada prinsip “America First” yang menekankan pengurangan bantuan luar negeri dan lebih memprioritaskan hubungan bilateral serta strategi yang langsung menguntungkan kepentingan nasional AS. Hal ini menyebabkan anggaran untuk banyak program bantuan, termasuk yang melalui USAID, berkurang atau diprioritaskan ulang.
Walaupun begitu, ada beberapa area yang tetap mendapat perhatian, seperti inisiatif dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi di negara-negara mitra seperti Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas dan kerjasama strategis di kawasan Asia-Pasifik. USAID di Indonesia berfokus pada berbagai sektor, termasuk pengurangan kemiskinan, perlindungan lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi.
Jadi, meskipun ada pemotongan anggaran yang terjadi selama masa pemerintahan Trump, program-program USAID di Indonesia dan Asia tidak sepenuhnya dihentikan, meskipun mengalami perubahan fokus dan prioritas.
Sumber :